Seiring berjalannya waktu, banyaknya orang yang berlomba untuk mencari kedudukan tidak jauh dari hal tersebut yang biasanya menimbulkan konflik sehingga mengakibatkan suatu perpecahan.
Dapat kita ambil contoh dari adanya suatu konflik tersebut yaitu konflik antara Ahok dengan FPI, yang mungkin penyababnya hanyalah kesalahpahaman saja.
Namun, bagaimanakah kita menyikapi hal tersebut? apakah kita hanya bersikap netral?
tentu jangan..
Netral merupakan suatu hal yang salah, jika dipikir-pikir netral sama saja membela satu orang yang salah. mengapa demikian? karena kita bersikap biasa saja atau baik terhadap keduanya yang memiliki konflik namun kita tidak pernah memikirkan kedepannya akan seperti apa. Hal yang seharusnya kita lakukan yaitu dengan mencari tahu apa sebenarnya konflik tersebut dan jika sudah menemukan yang salah ada baiknya kita memberi masukan terhadap kubu yang salah..
Dapat di ibaratkan netral dengan meng-gas motor yang hanya di N(netral), motor tersebut sulit sekali untuk dijalankan bahkan tidak bisa untuk melaju.
Filsafat Pendidikan
filsafat merupakan induk dari pendidikan..
Selasa, 06 Januari 2015
Descartes, Sejarah Tuhan
Aku Berpikir Maka Aku Ada..
Mungkin jika kita berpikir kalau tuhan itu ada maka dia ada tapi dia hanya di wilayah imajiner..
Mungkin jika kita berpikir kalau tuhan itu ada maka dia ada tapi dia hanya di wilayah imajiner..
Jumat, 02 Januari 2015
[INDEX] Daftar Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
- Esensialisme Aliran Filsafat dalam Pendidikan
- aliran progresifisme
- Aliran Materialisme
- Aliran Idealisme
- Sejarah Filsafat Pendidikan
- Asal Usul “Kota Cilegon”
- Asal Usul Sejarah Nama Banten
- Asal Usul Kota Serang
- Orator
- Filosofi Mengenai Garam
- Filosofi Tentang Pendaki Gunung
- Filosofi Mengenai Pohon Pisang
- Filosofi Mengenai Ragi
- Krisis Sosial dan Politik
- Paradigma Pendidikan
- Paradigma Thomas Kuhn
- Peran Wanita Pada Masa Revolusi Fisik
- Perlunya Revolusi Mental Bagi Pembangunan Bangsa
- Ramalan Joyoboyo "NOTONOGORO"
- Remaja Sebagai Investasi Bangsa
- Revolusi di Dunia Pendidikan Indonesia
- Revolusi FISIK pada tahun 1945-1950
- Revolusi
- Ronggowarsito dan Zaman Edan
- Sejarah Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
- Solusi Paradigmatis Krisis Pendidikan Islam
- Tekhnik Orasi
- Descartes, Sejarah Tuhan
- Netral Merupakan Suatu Kesalahan
Jumat, 19 Desember 2014
Tekhnik Orasi
Secara definitif, tehnik orasi merupakan kemampuan orang perorang yang
digunakan untuk suatu tujuan tertentu, menggerakkan, memberi informasi, memberi
penjelasan ataupun mempengaruhi dan memberikan sugesti kepada orang lain. Maka
membicarakan kemampuan di sini berarti pula membicarakan sebuah kiat ( seni )
dari hasil eksperimentasi yang dilakukan orang perorang, meski pun dalam
beberapa hal memiliki kesamaan kesamaan.
Isi Orasi
Isi Orasi
Orasi
dapat berisi suatu pesan kepada khalayak, informasi berkaitan dengan tujuannya
(politis, ilmiyah dsb), penjelasan (argumentasi terhadap suatu persoalan),
persuasif (mempengaruhi psikilogi massa) dan memberi sugesti kepada massa
(agitasi).
Orasi yang baik
Orasi
yang baik merupakan orasi yang mempunyai tujuan dan sasaran dari sebuah
kepentingan, yang ini kaitannya dengan apakah pendengar akan mengerti maksud
dari bahan yang diorasikan. Beberapa hal penting yang musti diperhatikan dalam
penyampaian orasi adalah hal hal sebagai berikut:
1. penguasaan
materi, Baik materi induk atau pun materi penunjang yang digunakan sebagai
pendukung dari kepentingan yang dipakai dalam orasi
mengetahui tujuan dan target orasi memperhatikan kondisi massa, baik kondisi kognitif, psikologis
(emosi) ataupun kehendak massa. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan yang ada
dalam kolektif massa agar percaya bahwa orasi ini tidak hanya untuk tujuan
perorangan tapi bersama (termobilisir). Contoh massa aksi.
2. menggunakan
bahasa yang dipahami massa pendengar. Baik kemampuan pilihan kata, mimik dst.
berusaha percaya pada massa agar tidak terkesan orasi yang
disampaikan menggurui.
Orasi memiliki peran yang sanat penting dalam penyampaian maksud dan tujuan atas ssuatu kepentingan. Maka tentu sudah menjadi tuntutan bagi seorang orator untuk memahami betul fungsi tersebut. Bahwa yang terlebih penting lagi adalah bagaimana menggunakan media orasi bukan semata sebagai alat mobilisasi kepentingan, tapi adalah sebagai alat pendidikan massa
sumber :
Orasi memiliki peran yang sanat penting dalam penyampaian maksud dan tujuan atas ssuatu kepentingan. Maka tentu sudah menjadi tuntutan bagi seorang orator untuk memahami betul fungsi tersebut. Bahwa yang terlebih penting lagi adalah bagaimana menggunakan media orasi bukan semata sebagai alat mobilisasi kepentingan, tapi adalah sebagai alat pendidikan massa
sumber :
http:/fppi.b;ogspot.com/2007/07/o-r-s-i.html
Solusi Paradigmatis Krisis Pendidikan Islam
Disadari
bahwa di tengah-tengah masyarakat saat ini tengah berlangsung krisis
multidimensional dalam segala aspek kehidupan. Kemiskinan, kebodohan,
kedzaliman, penindasan, ketidakadilan di segala bidang, kemerosotan moral,
peningkatan tindak kriminal dan berbagai bentuk penyakit sosial menjadi bagian
tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.
Dalam
keyakinan Islam, krisis multidimensi tadi merupakan fasad (kerusakan) yang
ditimbulkan oleh kemaksiyatan yang dilakukan manusia setelah sekian lama hidup
dalam sistem sekuleristik. Yakni tatanan ekonomi yang kapitalistik, perilaku
politik yang oportunistik, budaya hedonistik, kehidupan sosial yang egoistik
dan individualistik, sikap beragama yang sinkretistik serta paradigma
pendidikan yang materialistik.
Sistem
pendidikan yang materialistik telah gagal melahirkan manusia shaleh yang
sekaligus menguasai iptek sebagaimana yang dimau oleh pendidikan Islam.
Pendidikan yang materialistik lebih memberikan suatu basis pemikiran yang serba
terukur secara material, semisal gelar kesarjanaan, jabatan, kekayaan atau
apapun yang setara dan diilusikan harus segera dapat menggantikan investasi
pendidikan yang telah dikeluarkan. Dalam segi yang lain, disadari atau tidak
tengah terjadi proses penghilangan capaian nilai non materi berupa nilai
transendental yang seharusnya menjadi nilai paling utama dalam pendidikan. Atas
semua hal di atas, sampailah kepada kita satu kesimpulan yang sangat
mengkhawatirkan, yakni terasingkannya manusia dari hakikat visi dan misi
penciptaannya.
Solusi
Paradigmatis Krisis Pendidikan Islam
Satu-satunya
cara yang harus dilakukan untuk keluar dari krisis pendidikan itu adalah
mengembalikan proses pendidikan kepada konsepsi pendidikan Islam yang benar. Secara
paradigmatis, aqidah Islam harus dijadikan sebagai penentu arah dan tujuan
pendidikan, penyusunan kurikulum dan standar nilai ilmu pengetahuan serta
proses belajar mengajar, termasuk penentuan kualifikasi guru serta budaya
sekolah yang akan dikembangkan. Paradigma baru yang berasaskan pada aqidah
Islam ini harus berlangsung secara berkesinambungan pada seluruh jenjang
pendidikan yang ada, mulai dari TK hingga Perguruan Tinggi.
Selain itu,
harus dilakukan pula solusi strategis dengan menggagas suatu pola pendidikan
alternatif yang bersendikan pada dua cara yang lebih bersifat fungsional,
yakni: Pertama, membangun lembaga pendidikan unggulan dengan semua komponen
berbasis Islam, yaitu: (1) kurikulum yang paradigmatik, (2) guru yang amanah
dan kafaah, (3) proses belajar mengajar secara Islami, dan (4) lingkungan dan
budaya sekolah yang optimal. Dengan melakukan optimasi proses belajar mengajar
serta melakukan upaya meminimasi pengaruh-pengaruh negatif yang ada dan pada
saat yang sama meningkatkan pengaruh positif pada anak didik, diharapkan
pengaruh yang diberikan pada pribadi anak didik adalah positif sejalan dengan
arahan Islam. Kedua, membuka lebar ruang interaksi dengan keluarga dan
masyarakat agar dapat berperan optimal dalam menunjang proses pendidikan.
Sinergi pengaruh positif dari faktor pendidikan sekolah – keluarga – masyarakat
inilah yang akan menjadikan pribadi anak didik yang utuh sesuai dengan kehendak
Islam.
Berangkat
dari paparan di atas, maka implemetasinya adalah dengan mewujudkan lembaga pendidikan
Islam unggulan secara terpadu dalam bentuk Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu
(TKIT), Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT), Sekolah Menengah Islam Terpadu
(SMPIT), Sekolah Menengah Umum Terpadu (SMUIT), dan Perguruan Tinggi Islam
Terpadu.
Sejarah Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Sejarah Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa dimulai dari hasil kesepakatan para tokoh ulama, pemuka
masyarakat dan pejabat pemerintah sewilayah I Banten selaku pribadi-pribadi
pada tanggal 1 Oktober 1980 didirikanlah Yayasan Pendidikan Serang – Banten, yang
dikukuhkan berdasarkan Akte Notaris Rosita Wibisono, S.H. Nomor: 1 tanggal 1
Oktober 1980. Nama Tirtayasa diambil dari nama pahlawan nasional yang berasal
dari Banten yaitu Sultan Ageng Tirtayasa (Kepres RI Nomor: 045/TK/1970),
pewaris Kesultanan Banten keempat, yang secara gigih menentang penjajahan
Belanda dan berhasil membawa kejayaan dan keemasan Banten.
Satu tahun kemudian setelah
berdirinya Yayasan sebagai Badan Hukum Penyelenggara (BHP), pada tanggal 1
Oktober 1981 mulai membuka Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH). Sejalan dengan
tumbuhnya aspirasi masyarakat yang haus akan pendidikan serta meningkatnya
pembangunan industri di daerah Banten, maka pada tahun akademik 1982/1983
dibuka lagi dua Sekolah Tinggi yaitu Sekolah Tinggi Teknologi (STT) dan Sekolah
Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) persiapan Universitas Tirtayasa
Serang Banten.
Atas dasar kesungguhan yang
telah ditunjukkan oleh pengurus yayasan beserta sivitas akademikanya keluarlah
Surat Keputusan Mendikbud nomor : 0220/0/1984 dan nomor : 0221/0/1984 perihal
status terdaftar STIH dan STIKIP tak lama kemudian masih dalam tahun itu pula
yaitu tanggal 28 November 1984 keluarlah SK mendikbud nomor : 0597/0/1984
tentang status terdaftar peningkatan dari Sekolah Tinggi Ilmu Hukum menjadi Fakultas
Hukum, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan Fakultas Teknik Universitas
Tirtayasa. Perubahan tersebut bagi pengurus yayasan dan sivitas akademikanya
merupakan suatu anugrah yang luar biasa yang patut untuk disyukuri. Tahunpun
terus bertambah, animo masyarakat untuk memasuki Untirta pun terus meningkat
maka dalam tahun akademik 1984/1985 dibuka lagi Fakultas Pertanian. Melalui
Akte Perubahan Notaris Ny. R. Arie Soetardjo, SH. Nomor: 1 tanggal 3 Maret 1986
dijelaskan mengenai maksud dan tujuan pendirian yayasan ini adalah : 1.
Membantu usaha-usaha pemerintah dalam bidang pendidikan umum, yaitu mulai dari
taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi. 2. Mendirikan sekolah-sekolah
mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi, termasuk juga
sekolah-sekolah kejuruan. 3. Merencanakan dan mengusahakan sarana pendidikan,
termasuk juga sarana olah raga. Untirta berkembang dengan berdirinya Fakultas
Pertanian dan Fakultas Ekonomi berturut-turut dengan Surat Keputusan Mendikbud
RI Nomor: 0123/0/1989 tanggal 8 Maret 1989 dan Nomor: 0331/0/1989 tanggal 30
Mei 1989, masing-masing dengan status terdaftar.
Selanjutnya pada tanggal 13
Oktober 1999 keluar Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 130 tentang
Persiapan Pendirian Universitas Negeri Sultan Ageng Tirtayasa. Dengan keluarnya
Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: 32 tanggal 19 Maret 2001,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa menjadi Perguruan Tinggi Negeri dalam
lingkungan Departemen Pendidikan Nasional. Pengalihan aset dan pengelolaan
sumber daya dari Yayasan Pendidikan Tirtayasa kepada Pemerintah dilaksanakan
paling lama dalam waktu tiga tahun. Saat ini Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
terdiri dari enam fakultas, yaitu : Fakultas Hukum, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Fakultas Teknik, Fakultas Pertanian, Fakultas Ekonomi, dan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Pada tahun akademik 2008/2009 dibuka program S2
Teknologi Pembelajaran (TPm) dan Pendidikan Bahasa Indonesia (PBI).
sumber :
sumber :
http://socialoneincreation.blogspot.com/2010/12/sejarah-universitas-sultan-ageng.html
1.
Langganan:
Postingan (Atom)