Idealisme dalam Peraktik Pendidikan
1.
Ditinjau dari aspek Ontologi
Ontologi sering diartikan dengan
metafisika atau filsafat ketuhanan yang pokok bahasannya adalah hakikat
sesuatu, keesaan, sebab akibat dan realita. Ontology adalah teori dari cabang filsafat
yang membahas realitas (kebenaran).
Bagi aliran idealisme, yang nyata atau riil adalah mental atau spiritual. Seluruh hal di luar mental dan spiritual manusia hanyalah ekspresi dari pikiran manusia. Dalam perspektif metafisis, “Ada” adalah sesuatu yang tidak berubah. Dalam pengertian itu, maka “Ada” bagi kaum idealis adalah pikiran sebagai esensi spiritual. Pikiran manusialah yang membuat manusia melakukan segala aktivitas dalam menjalani hidup. Segala hal selain pikiran merupakan hal-hal yang dapat berubah dari waktu-ke waktu, tergantung dari ekpresi pikiran. Pikiran sendiri tidaklah berubah, ia tetap dan akan tetap ada. Realitas di dalam pikiran merupakan realitas yang absolut dan bersifat universal.
Kaum idealis selalu merujuk pada pikiran universal, penyebab utama, pencipta, atau Tuhan untuk menjelaskan pandangan mereka tentang realitas. Dalam istilah pendidikan, murid-murid dapat disebut sebagai bagian spiritual yang merupakan bagian dari spiritual yang lebih besar, yaitu alam semesta. Dalam praktis pendidikan menurut aliran idealisme, maka titikberatnya adalah pada tataran ontologis. Peserta didik perlu ditanamkan konsep bahwa mereka mahkluk spiritual dan rasional. sehingga pendidikan ini akan lebih menekankan konsep, gagasan, dan bagian-bagian keakademisan, dari pada hal-hal lain. Keberhasilan pendidikan ditinjau dari penguasaan materi secara akademis. Sedangkan dari sudut pandang religius, pendidikan bertujuan membimbing peserta didik agar berkepribadian, bermoral, dan religius. Kualitas peserta didik dilihat dari kemampuan untuk merumuskan konsep-konsep atau gagasan-gagasan dari pada hal-hal yang praktis.
Bagi aliran idealisme, yang nyata atau riil adalah mental atau spiritual. Seluruh hal di luar mental dan spiritual manusia hanyalah ekspresi dari pikiran manusia. Dalam perspektif metafisis, “Ada” adalah sesuatu yang tidak berubah. Dalam pengertian itu, maka “Ada” bagi kaum idealis adalah pikiran sebagai esensi spiritual. Pikiran manusialah yang membuat manusia melakukan segala aktivitas dalam menjalani hidup. Segala hal selain pikiran merupakan hal-hal yang dapat berubah dari waktu-ke waktu, tergantung dari ekpresi pikiran. Pikiran sendiri tidaklah berubah, ia tetap dan akan tetap ada. Realitas di dalam pikiran merupakan realitas yang absolut dan bersifat universal.
Kaum idealis selalu merujuk pada pikiran universal, penyebab utama, pencipta, atau Tuhan untuk menjelaskan pandangan mereka tentang realitas. Dalam istilah pendidikan, murid-murid dapat disebut sebagai bagian spiritual yang merupakan bagian dari spiritual yang lebih besar, yaitu alam semesta. Dalam praktis pendidikan menurut aliran idealisme, maka titikberatnya adalah pada tataran ontologis. Peserta didik perlu ditanamkan konsep bahwa mereka mahkluk spiritual dan rasional. sehingga pendidikan ini akan lebih menekankan konsep, gagasan, dan bagian-bagian keakademisan, dari pada hal-hal lain. Keberhasilan pendidikan ditinjau dari penguasaan materi secara akademis. Sedangkan dari sudut pandang religius, pendidikan bertujuan membimbing peserta didik agar berkepribadian, bermoral, dan religius. Kualitas peserta didik dilihat dari kemampuan untuk merumuskan konsep-konsep atau gagasan-gagasan dari pada hal-hal yang praktis.
Tokoh-Tokoh
Idealisme:
1.
Plato
Tokoh aliran
idealisme yang pertama kali adalah Plato murid Sokrates. Mengenai kebenaran
tertinggi, dengan doktrin yang terkenal dengan istilah ide, Plato mengemukakan
bahwa dunia ini tetap dan jenisnya satu, sedangkan ide tertinggi adalah
kebaikan.
2.
Immanuel Kant
Immanuel Kant merupakan salah seorang tokoh masa pencerahan. Filsafat Immanuel Kant dikenal dengan Filsafat Kritisisme, yakni aliran yang mencoba mensintesiskan secara kritis Empirisme yang dikembangkan Locke yang bermuara pada Empirisme Hume, dengan Rasionalisme dari Descartes.
Immanuel Kant merupakan salah seorang tokoh masa pencerahan. Filsafat Immanuel Kant dikenal dengan Filsafat Kritisisme, yakni aliran yang mencoba mensintesiskan secara kritis Empirisme yang dikembangkan Locke yang bermuara pada Empirisme Hume, dengan Rasionalisme dari Descartes.
3.
Johann Gottlieb Fichte
Johann
Gottlieb Fichte merupakan filosof yang mengembangkan beberapa pemikiran dari
Immanuel Kant. Menurut Fichte Fakta dasar dalam alam semesta adalah ego yang
bebas atau roh yang bebas.
4.
Friedrich Wilhelm Joseph Schelling
Friedrich Wilhelm Joseph Schelling
juga merupakan filosof yang menganut aliran idealisme.
5.
Georg Wilhelm Friedrich Hegel
Georg Wilhelm Friedrich Hegel
dikenal sebagai filosof yang menggunakan dialektika sebagai metode berfilsafat.
2.
Ditinjau dari aspek epistemologi
Epistemologi adalah studi tentang
pengetahuan, bagaiman kita mengetahui benda-benda.Epistemologi merupakan
pengetahuan. Pengetahuan menurut kaum idealis didasarkan pada ide-ide yang ada
dalam pikiran manusia sejak awal. Ide-ide tersebut adalah sesuatu yang apriori,
dalam arti tanpa pengalaman. Jadi tanpa tergantung pada pengalaman pun, manusia
telah memiliki pengetahuan awal berupa ide-ide bawaan. Melalui instrospeksi,
manusia dapat melakukan pengujian-pengujian terhadap pikirannya. Dalam
pendekatan ini, jika dikaitkan dengan dunia pendidikan, maka tugas guru adalah
untuk membawa pengetahuan tersembunyi yang telah ada itu kepada kesadaran.
Artinya, pengetahuan yang tersembunyi itu perlu diangkat kee tingkat yang dapat
disadari oleh para murid. Lewat belajar, murid secara perlahan-lahan tiba
pada pengertian yang lebih luas dari kesadaran mental. Belajar, berarti
memanggil kembali ide-ide bawaan dan bekerja dengan ide-ide bawaan itu. Oleh
karena realitas adalah sesuatu yang ada dalam pikiran, dalam hal ini pendidikan
sangat berhubungan hal-hal yang konseptual. Para murid mencoba menemukan
perspektif yang lebih umum dari ide-ide bawaannya dalam lingkungan semestanya.
Para pendidik yang idealis lebih
menyukai bentuk kurikulum yang menghubungkan ide-ide dengan konsep, ataupun
sebaliknya. System-sistem konseptual adalah sintesis dari ide-ide.
Sistem-sistem konseptual itu adalah bahasa, matematika dan estetika
merepresiasikan bermacam-macam dimensi dari segala hal yang mutlak. Kurikulum
pendidikan idealis menganggap bahwa budaya manusia adalah hierarkis. Pada
puncak hierarki itu terdapat disiplin umum seperti filsafat dan teologi. Baik
filsafat maupun teologi adalah disiplin-disiplin yang abstrak, melebihi batasan
waktu, ruang dan keadaan, membicarakan hal-hal dalam situasi yang lebih luas.
Matematika adalah disiplin yang khusus karena melatih kekuatan untuk
berhubungan dengan abstraksi-abstraksi. Sejarah dan literatur juga mendapat
tempat yang tinggi sejak menjadi sumber moral dan contoh budaya. Sesuatu yang
rendah dalam hierarki serta rendah dalam prioritas adalah ilmu-ilmu alam dan
fisika yang berurusan dengan hubungan sebab-akibat secara partikular. Bahasa
menjadi disiplin yang mendasar karena berkepentingan dengan komunikasi.
Aspek epistemologis di mana
metodologi pembelajaran dikembangkan juga mendapat perhatian penuh. Sikap
epistemologis menjadi sarana bagi pencapaian kebenaran pengetahuan. Aspek
epistemologis pendidikan idealisme mengacu pada epistemologis idealisme secara
umum. Epistemologis idealisme secara umum memandang realitas itu bukan didapat
dari pengalaman inderawi melainkan dari perenungan-perenungan falsafahi.
Kebenaran makna bukan didapat dari pengalaman empiris melainkan dari rasio, dan
intuisi. Oleh karena itu, orang yang unggul secara rasional dianggap memiliki
kebenaran-kebenaran yang tertinggi. Guru dianggap sebagai sumber kebenaran.
Jawaban siswa yang tidak sesuai dengan guru akan dianggap salah. Bahkan guru
juga menentukan cara untuk menemukan kebenaran itu sendiri.
3.
Ditinjau dari aspek aksiologis
Aksiologi adalah suatu bidang yang
menyelidiki nilai-nilai (value). Sistem nilai dalam pandangan idealisme
adalah sesuatu yang absolut, abadi dan universal. Dalam idealisme, aksiologi
berakar pada ontologis, karena sebenarnya idealism lebih menekankan pada aspek
ontologis atau metafisika, daripada aspek-aspek yang lain. Oleh karena secara
ontologis realitas itu adalah ide-ide, maka kriteria nilai-nilai baik secara
etis maupun estetis terletak bukan pada diri manusia, melainkan pada keadaan di
luar manusia. Keadaaan di luar manusia itu adalah prinsip-prinsip yang kekal,
dan pasti secara idealis.
Aspek nilai dalam pendidikan menurut
aliran idealisme berada pada dataran yang tetap, kokoh, dan teruji oleh waktu.
Ditetapkan oleh otoritas yang tertinggi bukan pada manusia sendiri-sendiri baik
dalam etika maupun estetika. Untuk mencapai kriteria itu manusia tinggal meniru
otoritas-otoritas yang dianggap memiliki kebenaran. Bisa jadi otoritas itu
Tuhan, orang-orang yang unggul dalam pemikiran, pemimpin, dan lain-lain. Guru
sebagai teladan dan pemilik kebenaran.
Idealisme sangat concern tentang
keberadaan sekolah. Pendidikan harus terus eksis sebagai lembaga untuk proses
pemasyarakatan manusia sebagai kebutuhan spiritual, dan tidak sekadar kebutuhan
alam semata. Gerakan filsafat idealisme secara khusus mengajarkan tentang
kebudayaan manusia dan lembaga kemanusiaan sebagai expresi spiritual.
Praktik Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut paham
idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk
masyarakat, dan campuran antara keduanya. Pendidikan idealisme untuk individual
antara lain bertujuan agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan
yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup
bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan
mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan
pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama
manusia.
Guru dalam sistem pengajaran yang
menganut aliran idealisme berfungsi sebagai: (1) guru adalah personifikasi dari
kenyataan si anak didik; (2) guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu
pengetahuan dari siswa; (3) Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik;
(4) Guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani oleh para murid;
(5) Guru menjadi teman dari para muridnya; (6) Guru harus menjadi pribadi yang
mampu membangkitkan gairah murid untuk belajar; (7) Guru harus bisa menjadi
idola para siswa; (8) Guru harus rajib beribadah, sehingga menjadi insan kamil
yang bisa menjadi teladan para siswanya; (9) Guru harus menjadi pribadi yang
komunikatif; (10) Guru harus mampu mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi
bahan ajar yang diajarkannya; (11) Tidak hanya murid, guru pun harus ikut
belajar sebagaimana para siswa belajar; (12) Guru harus merasa bahagia jika
anak muridnya berhasil; (13) Guru haruslah bersikap dmokratis dan mengembangkan
demokrasi; (14) Guru harus mampu belajar bagaimana pun keadaannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar