Revolusi ialah suatu perubahan yang sangat cepat,
yaitu suatu keadaan, karena suatu hal, mengalami perubahan dengan cepat .
Perubahan ini bisa menuju pada perubahan yang lebih baik dari yang sebelumnya,
atau bahkan sebaliknya.
Dalam arti lain, revolusi juga bisa diartikan
sebagai suatu proses berputarnya bumi mengelilingi matahari. Dalam pokok
bahasan ini, revolusi diartikan sebagai proses politik yang timbul dalam
situasi kritis pada waktu golongan-golongan konflik mengadakan perubahan secara
radikal.
Revolusi
Indonesia
Revolusi Indonesia terjadi pada
saat negara ini mengalami krisis sosial dan politik dengan intensitas yang
tinggi. Krisis ini disebabkan karena ada perasaan yang tidak aman dan penuh
kegelisahan yang langsung menyangkut soal kelangsungan hidup, yaitu pada saat
tentara Jepang ditarik mundur karena kekalahannya dari tentara sekutu, sampai
dengan terjadinya Agresi Militer Belanda.
Ketidakamanan dan kegelisahan ini pada akhirnya
menimbulkan berbagai perlawanan bersenjata, khususnya di daerah-daerah, yang
meluas. Organisasi-organisasi dan perserikatan-perserikatan fungsional
digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk merebut kekuasaan pemerintah pusat.
Karena tekanan-tekanan emosional inilah pada
akhirnya rakyat mulai bersatu dengan kesatuan-kesatuan bersenjata. Mereka mulai
menduduki posisi-posisi vital. Mulai terjadi ketegangan-ketegangan antar
golongan, karena masing-masing golongan merasa bahwa golongan yang lain
menghambat tujuannya.
Sebab-sebab yang memperkuat alasan masyarakat
bekerja sama dan berpartisipasi politis, salah satu diantaranya ialah ideologi
revolusi yang mencakup ide persamaan hidup mereka membangkitkan harapan-harapan
yang khusus. Perasaan yang kuat bahwa orang “termasuk “ suatu golongan
memberikan stimulus untuk berpartisipasi.
Salah satu bentuk perlawanan di daerah ialah
Peristiwa Tiga Derah ( Pekalongan-Tegal-Brebes). Revolusi yang terjadi pada
masa ini disebut juga Revolusi Sosial.
Hal ini dikarenakan banyaknya konflik sosial, perebutan kekuasaan, dan
penumpasa lawan dengan kekerasan.
Dalam Peristiwa Tiga daerah dapat dianalisa dari
berbagai segi, yang akan memberi makna yang lebih mendalam pada revolusi
Indonesia secara keseluruhan . Patokan pertama, ialah perubahan dalam bidang
ekonomi dan politik sebelum Perang Dunia Kedua. Hal ini dapat dikaitkan dengan
perubahan ekonomi akibat masuknya modal asing (Eropa) di abad kesembilan belas
dan sistem Tanam paksa yang pengaruhnya besar terhadap kehidupan para petani.
Patokan kedua ialah dampak pendudukan Jepang yang
membebani rakyat dengan wajib setor padi, romusha, tanam paksa, dan penjatahan
bahan pokok. Meskipun sistem penjatahan bahan pokok dan romusha berbeda-beda di
setiap tempat berbeda-beda, tergantung pada pejabat setempat, namun wajib setor
padi merupakan hal sangat berat, dan hal ini menyebabkan penderitaan rakyat.
Rakyat semakin miskin, sehingga menimbulkan kebencian terhadap elite birokrat.
Patokan ketiga ialah, terlihatnya ciri-ciri revolusi sosial di masa revolusi di Pekalongan, antara lain, yaitu pembagian kekayaan, pengusiran/penggeseran elite lama, yaitu kepala desa, camat, wedana, bupati, dan pemimpin tradisional lain yang dianggap terlalu keras terhadap rakyat dan terlalu setia terhadap kolonial.
Patokan ketiga ialah, terlihatnya ciri-ciri revolusi sosial di masa revolusi di Pekalongan, antara lain, yaitu pembagian kekayaan, pengusiran/penggeseran elite lama, yaitu kepala desa, camat, wedana, bupati, dan pemimpin tradisional lain yang dianggap terlalu keras terhadap rakyat dan terlalu setia terhadap kolonial.
Pokok keempat, yaitu kekuatan militer di Pekalongan.
Pada masa itu, tentara sekutu tidak mendarat di Pekalongan, maka TKR
mengutamakan perlawana sekutu di front Semarang . TKR menganggap bahwa pasokan
tenaga dan logistik tertahan oleh penguasa baru, sehingga tindakan ini oleh TKR
dianggap sebagai penghalan g fokus perjuangan nasional pada masa itu. Di lain
pihak, para penguasa baru menganggap bahwa TKR sebagasi kekuatan para pangreh
praja dan penguasa feodal lama, alasannya adalah bahwa para anggota TKR masih
termasuk golongan priyayi.
Patokan kelima, yaitu persepsi kesadaran atau
perasaan gejolak revolusi ini telah mempersatukan veteran ’26, santri rakyat
dan pemuda di kota dengan para lenggaong dan pemimpin Islam nasionalis. Para
priyayi yang mengenyam pendidikan di luar daerah, atau bahkan di luar negeri
memperoleh kesadaran baru tentang kebebasan. Sedangkan menurut kaum
revolusioner kiri, tujuan dari revolusi ini ialah untuk menghapuskan hirarki
sosial dalam penggunaan bahasa.
Terjadinya revolusi Sosial dikarenakan masyarakat tidak lagi mempercayai pemerintah. Rakyat menganggap bahwa kesengsaraan-kesengsaraan yang mereka hadapi pada masa itu merupakan kesalahan dari pemerintah. Para pejabat banyak yang melakukan korupsi. Oleh karena itulah dibutuhkan satu sosok figur masyarkat yang dapat menyelami keinginan masyarakat. Rakyat masih memerlukan sosok “bapak” yang mampu menyatukan mereka. Hal ini juga masih terjadi dalam kehidupan Indonesia pada masa sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar