Jumat, 19 Desember 2014

Krisis Sosial dan Politik


Revolusi ialah suatu perubahan yang sangat cepat, yaitu suatu keadaan, karena suatu hal, mengalami perubahan dengan cepat . Perubahan ini bisa menuju pada perubahan yang lebih baik dari yang sebelumnya, atau bahkan sebaliknya.
Dalam arti lain, revolusi juga bisa diartikan sebagai suatu proses berputarnya bumi mengelilingi matahari. Dalam pokok bahasan ini, revolusi diartikan sebagai proses politik yang timbul dalam situasi kritis pada waktu golongan-golongan konflik mengadakan perubahan secara radikal.
Revolusi Indonesia
Revolusi Indonesia terjadi pada saat negara ini mengalami krisis sosial dan politik dengan intensitas yang tinggi. Krisis ini disebabkan karena ada perasaan yang tidak aman dan penuh kegelisahan yang langsung menyangkut soal kelangsungan hidup, yaitu pada saat tentara Jepang ditarik mundur karena kekalahannya dari tentara sekutu, sampai dengan terjadinya Agresi Militer Belanda.
Ketidakamanan dan kegelisahan ini pada akhirnya menimbulkan berbagai perlawanan bersenjata, khususnya di daerah-daerah, yang meluas. Organisasi-organisasi dan perserikatan-perserikatan fungsional digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk merebut kekuasaan pemerintah pusat.
Karena tekanan-tekanan emosional inilah pada akhirnya rakyat mulai bersatu dengan kesatuan-kesatuan bersenjata. Mereka mulai menduduki posisi-posisi vital. Mulai terjadi ketegangan-ketegangan antar golongan, karena masing-masing golongan merasa bahwa golongan yang lain menghambat tujuannya.
Sebab-sebab yang memperkuat alasan masyarakat bekerja sama dan berpartisipasi politis, salah satu diantaranya ialah ideologi revolusi yang mencakup ide persamaan hidup mereka membangkitkan harapan-harapan yang khusus. Perasaan yang kuat bahwa orang “termasuk “ suatu golongan memberikan stimulus untuk berpartisipasi.
Salah satu bentuk perlawanan di daerah ialah Peristiwa Tiga Derah ( Pekalongan-Tegal-Brebes). Revolusi yang terjadi pada masa ini disebut juga Revolusi Sosial. Hal ini dikarenakan banyaknya konflik sosial, perebutan kekuasaan, dan penumpasa lawan dengan kekerasan.
Dalam Peristiwa Tiga daerah dapat dianalisa dari berbagai segi, yang akan memberi makna yang lebih mendalam pada revolusi Indonesia secara keseluruhan . Patokan pertama, ialah perubahan dalam bidang ekonomi dan politik sebelum Perang Dunia Kedua. Hal ini dapat dikaitkan dengan perubahan ekonomi akibat masuknya modal asing (Eropa) di abad kesembilan belas dan sistem Tanam paksa yang pengaruhnya besar terhadap kehidupan para petani.
Patokan kedua ialah dampak pendudukan Jepang yang membebani rakyat dengan wajib setor padi, romusha, tanam paksa, dan penjatahan bahan pokok. Meskipun sistem penjatahan bahan pokok dan romusha berbeda-beda di setiap tempat berbeda-beda, tergantung pada pejabat setempat, namun wajib setor padi merupakan hal sangat berat, dan hal ini menyebabkan penderitaan rakyat. Rakyat semakin miskin, sehingga menimbulkan kebencian terhadap elite birokrat.
Patokan ketiga ialah, terlihatnya ciri-ciri revolusi sosial di masa revolusi di Pekalongan, antara lain, yaitu pembagian kekayaan, pengusiran/penggeseran elite lama, yaitu kepala desa, camat, wedana, bupati, dan pemimpin tradisional lain yang dianggap terlalu keras terhadap rakyat dan terlalu setia terhadap kolonial.
Pokok keempat, yaitu kekuatan militer di Pekalongan. Pada masa itu, tentara sekutu tidak mendarat di Pekalongan, maka TKR mengutamakan perlawana sekutu di front Semarang . TKR menganggap bahwa pasokan tenaga dan logistik tertahan oleh penguasa baru, sehingga tindakan ini oleh TKR dianggap sebagai penghalan g fokus perjuangan nasional pada masa itu. Di lain pihak, para penguasa baru menganggap bahwa TKR sebagasi kekuatan para pangreh praja dan penguasa feodal lama, alasannya adalah bahwa para anggota TKR masih termasuk golongan priyayi.
Patokan kelima, yaitu persepsi kesadaran atau perasaan gejolak revolusi ini telah mempersatukan veteran ’26, santri rakyat dan pemuda di kota dengan para lenggaong dan pemimpin Islam nasionalis. Para priyayi yang mengenyam pendidikan di luar daerah, atau bahkan di luar negeri memperoleh kesadaran baru tentang kebebasan. Sedangkan menurut kaum revolusioner kiri, tujuan dari revolusi ini ialah untuk menghapuskan hirarki sosial dalam penggunaan bahasa.

Terjadinya revolusi Sosial dikarenakan masyarakat tidak lagi mempercayai pemerintah. Rakyat menganggap bahwa kesengsaraan-kesengsaraan yang mereka hadapi pada masa itu merupakan kesalahan dari pemerintah. Para pejabat banyak yang melakukan korupsi. Oleh karena itulah dibutuhkan satu sosok figur masyarkat yang dapat menyelami keinginan masyarakat. Rakyat masih memerlukan sosok “bapak” yang mampu menyatukan mereka. Hal ini juga masih terjadi dalam kehidupan Indonesia pada masa sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar