Revolusi mental beda dengan
revolusi fisik karena ia tidak memerlukan pertumpahan darah. Namun, usaha ini
tetap memerlukan dukungan moril dan spiritual serta komitmen dalam diri seorang
pemimpin dan selayaknya setiap revolusi diperlukan pengorbanan oleh masyarakat.
Dalam pembangunan bangsa, saat
ini kita cenderung menerapkan prinsip-prinsip paham liberalisme yang jelas
tidak sesuai dan kontradiktif dengan nilai, budaya, dan karakter bangsa
Indonesia. Sudah saatnya Indonesia melakukan tindakan korektif, tidak dengan
menghentikan proses reformasi yang sudah berjalan, tetapi dengan mencanangkan
revolusi mental menciptakan paradigma, budaya politik, dan pendekatan nation
building baru yang lebih manusiawi, sesuai dengan budaya Nusantara, bersahaja,
dan berkesinambungan.
Dalam melaksanakan revolusi
mental, kita dapat menggunakan konsep Trisakti yang pernah diutarakan Bung
Karno dalam pidatonya tahun 1963 dengan tiga pilarnya, ”Indonesia yang
berdaulat secara politik”, ”Indonesia yang mandiri secara ekonomi”, dan
”Indonesia yang berkepribadian secara sosial-budaya”.
Kedaulatan rakyat sesuai dengan
amanat sila keempat Pancasila haruslah ditegakkan di Bumi kita ini. Negara dan
pemerintahan yang terpilih melalui pemilihan yang demokratis harus benar-benar
bekerja bagi rakyat dan bukan bagi segelintir golongan kecil. Kita harus
menciptakan sebuah sistem politik yang akuntabel, bersih dari praktik korupsi
dan tindakan intimidasi.
Semaraknya politik uang dalam
proses pemilu sedikit banyak memengaruhi kualitas dan integritas dari mereka
yang dipilih sebagai wakil rakyat. Kita perlu memperbaiki cara kita merekrut
pemain politik, yang lebih mengandalkan keterampilan dan rekam jejak ketimbang
kekayaan atau kedekatan mereka dengan pengambil keputusan.
Kita juga memerlukan birokrasi
yang bersih, andal, dan kapabel, yang benar-benar bekerja melayani kepentingan
rakyat dan mendukung pekerjaan pemerintah yang terpilih. Demikian juga dengan
penegakan hukum, yang penting demi menegakkan wibawa pemerintah dan negara,
menjadikan Indonesia sebagai negara yang berdasarkan hukum. Tidak kalah
pentingnya dalam rangka penegakan kedaulatan politik adalah peran TNI yang kuat
dan terlatih untuk menjaga kesatuan dan integritas teritorial Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
Di bidang ekonomi, Indonesia
harus berusaha melepaskan diri dari ketergantungan yang mendalam pada
investasi/modal/bantuan dan teknologi luar negeri dan juga pemenuhan kebutuhan
makanan dan bahan pokok lainnya dari impor. Kebijakan ekonomi liberal yang
sekadar mengedepankan kekuatan pasar telah menjebak Indonesia sehingga
menggantung pada modal asing. Sementara sumber daya alam dikuras oleh
perusahaan multinasional bersama para ”komprador” Indonesia-nya.
Reformasi 16 tahun tidak banyak
membawa perubahan dalam cara kita mengelola ekonomi. Pemerintah dengan gampang
membuka keran impor untuk bahan makanan dan kebutuhan lain. Ironis kalau
Indonesia dengan kekayaan alamnya masih mengandalkan impor pangan. Indonesia
secara ekonomi seharusnya dapat berdiri di atas kaki sendiri, sesuai dengan
amanat Trisakti. Ketahanan pangan dan ketahanan energi merupakan dua hal yang
sudah tidak dapat ditawar lagi. Indonesia harus segera mengarah ke sana dengan
program dan jadwal yang jelas dan terukur. Di luar kedua sektor ini, Indonesia
tetap akan mengandalkan kegiatan ekspor dan impor untuk menggerakkan roda
ekonomi.
Kita juga perlu meneliti ulang
kebijakan investasi luar negeri yang angkanya mencapai tingkat rekor beberapa
tahun terakhir ini karena ternyata sebagian besar investasi diarahkan ke sektor
ekstraktif yang padat modal, tidak menciptakan banyak lapangan kerja, tetapi
mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya.
Pilar ketiga Trisakti adalah
membangun kepribadian sosial dan budaya Indonesia. Sifat ke-Indonesia-an
semakin pudar karena derasnya tarikan arus globalisasi dan dampak dari revolusi
teknologi komunikasi selama 20 tahun terakhir. Indonesia tidak boleh membiarkan
bangsanya larut dengan arus budaya yang belum tentu sesuai dengan nilai-nilai
luhur bangsa kita.
Sistem pendidikan harus
diarahkan untuk membantu membangun identitas bangsa Indonesia yang berbudaya
dan beradab, yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral agama yang hidup di
negara ini. Akses ke pendidikan dan layanan kesehatan masyarakat yang
terprogram, terarah, dan tepat sasaran oleh nagara dapat membantu kita
membangun kepribadian sosial dan budaya Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar