Aliran
Materialisme Pendidikan dalam wawasan Filsafat Pancasila
Pandangan Secara Ontologi
Menurut Runes,
ontologi ialah teori tentang ada, keberadaan atau eksistensi. Menurut
Aristoteles, ontologi adalah ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu dan disamakan
artinya dengan metafisika.
Aliran
materialisme ini berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan
spiritual, atau super natural. Demokritos ( 460-360 SM ) merupakan pelopor
pandangan meterialisme klasik yang disebut juga “ atomisme “ Demokratis beserta
para pengikutnya beranggapan bahwa segala sesuatu terdiri dari bagian-bagian
kecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi ( yang disebut atom-atom ). Atom
merupakan bagian dari yang begitu kecil sehingga mata kita tidak dapat
melihatnya. Atom-atom ini bergerak, sehingga dengan demikian membentuk realitas
pada panca indra kita.
Materialisme
adalah satu aliran filsafat yang pandangannya bertitik tolak dari materi.
Materialisme memandang bahwa materi itu adalah primer, sedangkan ide
ditempatkan sebagai sekundernya. Sebab materi itu timbul atau ada lebih dulu,
kemudian baru ide.
Pancasila
sebagai suatu kesatuan sistem filsafat tidak hanya kesatuan yang menyangkut
sila-silanya saja melainkan juga meliputi hakikat dasar dari sila-sila
Pancasila atau secara filosofis merupakan dasar dari sila-sila Pancasila.
Pancasila yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan asas yang
berdiri sendiri-sendiri, melainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologi. Dasar
ontologi Pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memilki hakikat hak
mutlak monopluralis, oleh karena itu hakikat dasar ini disebut sebagai dasar
antropologis. Subjek pendukung pokok sila-sila Pancasila adalah manusia,
hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: bahwa yang Berketuhanan Yang Maha
Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan, yang
berkerayatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan sosial pada hakikatnya adalah
manusia (Notonogoro 1975:23). Demikianlah juga jikalau kita pahami dari segi
filsafat negara bahwa Pancasila adalah dasar nilai filsafat negara, adapun
pendukung pokok negara adalah rakyat dan unsur rakyat adalah manusia itu
sendiri, sehingga tepatlah
Tokoh-Tokoh
Materialisme :
- Epikuros
Ia merupakan salah satu filsuf terkemuka pada masa filsafat kuno. - Demokritos dan Luctrecius Calus
Pendapat mereka tentang materialisme, dapat kita samakan dengan materialisme yang berkembang di prancis pada masa pencerahan. Dua karangan karya La Mettrie yang cukup terkenal mewakili paham ini adalah L'homme machine (manusia mesin) dan L'homme plante (manusia tumbuhan).
- Baron von Holbach
Materialisme ateisme serupa dalam bentuk dan substansinya, yang tidak mengakui adanya tuhan secara mutlak. Jiwa sebetulnya sama dengan fungsi-fungsi otak.
Pada Abad19, muncul filsuf-filsuf materialisme asal Jerman seperti Feuerbach, Moleschott, Buchner, dan Haeckhel. Merekalah yang kemudian meneruskan keberadaan materialisme.
Pandangan
Secara Epistimologi
Epistemologi,
menurut Runes, adalah bidang atau cabang filsafat yang menyelidiki asal,
syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan. Pengetahuan manusia,
sebagai hasil pengalaman dan pemikiran, membentuk budaya. Bagaimana proses
terjadinya meliputi pengetahuan sampai membentuk kebudayaan, sebagai wujud
keutamaan (superioritas) manusia, ingin disadari lebih dalam. Bagaimana
manusia mengetahui bahwa ia tahu, atau bagaimana manusia mengetahui bahwa
sesuatu itu ilmu pengetahuan, hal itu menjadi penyelidikan epistemologi.
Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses dan syarat terjadinya
pengetahuan serta batas dan validitas ilmu pengetahuan. Jadi, epistemologi
dapat disebut ilmu tentang ilmu atau teoti terjadinya ilmu atau science of
science atau Wissenchaftslehre. Yang termasuk cabang epistemologi
adalah matematika, logika, gramatika, dan semantik. Jadi, epistemologi adalah
bidang filsafat yang menyelidiki makna dan nilai ilmu pengetahuan, sumbernya,
syarat-syarat dan proses terjadinya ilmu, termasuk semantik, logika,
metematika, dan teori ilmu.
Adapun pandangan materialisme itu berdasarkan atas
kenyataan menurut proses waktu dan zat. Artinya :
1. Pandangan
Menurut proses waktu :
Lama sebelum
manusia yang bisa mempunyai ide itu ada atau lahir di dunia, dunia dan alam
atau materi ini sudah ada lebih dahulu.
2. Pandangan Menurut proses
zat :
Manusia ini
tidak bisa berpikir atau tidak bisa mempunyai ide tanpa ada atau tanpa
mempunyai otak. Dan otak itu adalah suatu materi. Otak itu adalah materi, tapi
materi atau benda yang berpikir. Otak atau materi ini yang lebih dulu ada, baru
kemudian bisa timbul ide atau pikiran pada kepala manusia.
Pandangan Secara Aksiologi
Aksiologi, menurut Runes, berasal dari istilah Yunani,
axios yang berati nilai, manfaat, pikiran atau ilmu/teori. Dalam
pengertian yang modern, aksiologi disamakan dengan teori nilai, yakni sesuatu
yang diinginkan, disukai, atau yang baik, dan juga bidang yang menyelidiki
hakikat nilai, kriteria, dan kedudukan metafisika sebagai suatu nilai. Menurut
Prof. Brameled, aksiologi dapat disimpulkan sebagai suatu cabang filsafat yang
menyelidiki:
1.
tingkah laku moral, yang berwujud etika;
2.
ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan
keindahan;
3.
sosio-politik, yang berwujud ideologi.
Aksiologi ialah cabang filsafat yang menyelidiki makna
nilai, sumber nilai, jenis dan tingkatan nilai, dan hakikat nilai, termasuk
estetika, etika, ketuhanan, dan agama. Kehidupan manusia sebagai makhluk subyek
budaya, pencipta, dan penegak nilai, berarti manusia secara sadar mencari,
memilih, dan melaksanakan (menikmati) nilai; jadi, nilai merupakan fungsi
kepribadian manusia. Bahkan, nilai di dalam kepribadian, seperti pandangan
hidup, keyakinan (agama) dan bagaimana kualitas kepribadian. Martabat manusia
ditentukan oleh keyakinannya dan amal kebajikannya.
Sebagai teori, materialisme
termasuk paham ontologi monistik. Akan tetapi, materialisme berbeda
dengan teori ontologis yang didasarkan pada dualisme atau pluralisme. Dalam
memberikan penjelasan tunggal tentang realitas, materialisme berseberangan
dengan idealisme.
PENGERTIAN
PANCASILA SECARA FILSAFAT
Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas
sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan
kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok
pengertiannya secara mendasar dan menyeluruh. Pembahasan filsafat dapat
dilakukan secara deduktif, yakni dengan mencari hakikat Pancasila serta
menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang
komprehensif. Pembahasan filsafat dapat juga dilakukan secara induktif, yakni
dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya masyarakat, memrefleksikannya, dan
menarik hati dan makna yang hakiki dari gejala-gejala itu. Dengan demikian,
kedua cara itu memberikan hasil yang dapat disajikan sebagai bahan-bahan yang
sangat penting bagi penjabaran ideologi Pancasila. Ideologi Pancasila adalah
keseluruhan prinsip normatif yang berlaku bagi negara Republik Indonesia dan
bangsa Indonesia secara keseluruhan.
KESATUAN
SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT
Kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukanlah
hanya merupakan kesatuan yang bersifat formal logis saja namun juga meliputi
kesatuan dasar ontologis, dasar epistemologis serta dasar aksiologis dari
sila-sila Pancasila. Sebagaimana dijelaskan bahwa kesatuan sila-sila Pancasila
adalah bersifat hierarkhis dan mempunyai bentuk piramidal, digunakan untuk
menggambarkan hubungan urutan-urutan luas (kuantitas) dan dalam pengertian
inilah hubungan kesatuan sila-sila Pancasila itu dalam arti formal logis.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Materialisme
Tidak ada komentar:
Posting Komentar