Revolusi
Agustus 1945 mendobrak ikatan-ikatan adat dan tradisi yang sebelumnya
menghambat gerak maju wanita. Penderitaan dan penghinaan selama penjajahan
sudah cukup berat, dan kini, sewaktu revolusi urusan-urusan yang tidak pokok
tidak dihiraukan lagi. Seluruh rakyat merasa terpanggil untuk ikut berjuang
membela dan mempertahankan kemerdekaan. Organisasi-organisasi wanita pada
umumnya di waktu itu mengutamakan usaha-usaha perjuangan, baik di garis
belakang dengan mengadakan dapur umum dan pos-pos Palang Merah, maupun di garis
depan dengan nama suatu badan perjuangan ma upun tergabung dengan
organisasi-organisasi lain. Timbul laskar-laskar wanita; tugas-tugas mereka
sangat luas: di garis depan, di medan pertempuran, melakukan kegiatan intel,
jadi kurir, menyediakan dan mengirimkan makanan ke garis depan, membawa kaum
pengungsi, memberi penerangan dll.
Dalam kesibukan revolusi fisik maupun dalam bidang
sosial politik, pergerakan wanita berbenah diri untuk menggalang persatuan yang
kuat. Kongres pertama diadakan di Klaten pada bulan Desember 1945, dengan
maksud menggalang persatuan dan membentuk badan persatuan. Persatuan Wanita
Indonesia (perwani) dan Wanita Negara Indonesia (Wani) dilebur menjadi badan
fusi dengan nama Persatuan Wanita Republik Indonesia (Perwari). Pada bulan
Februari 1946 di Solo, lahirlah Badan Kongres Wanita Indonesia (KOWANI). Pada
bulan juni 1946 diselenggarakan Kongres Wanita Indonesia di Madiun, yang
merupakan Kongres Wanita Indonesia ke -V. Sesuai dengan kebijaksanaan
pemerintah untuk menembus blokade ekonomi dan politik, Kongres memutuskan
antara lain mulai mengadakan hubungan dengan luarnegeri. Maka dari itu Kongres
Wanita Indonesia menjadi anggauta WIDF (Women’s International Democratic Federation).
Dijiwai oleh tekad untuk ikut serta dalam pembangunan jaringan kerjasama
Internasional, mendukung pergerakan wanita selanjutnya menyusun program-program
kerja, yang tidak hanya meliputi bidang pembelaan negara, tetapi juga
bidang-bidang sosial, politik, pendidikan, dan lain-lain sesuai dengan derap
perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan Republik pada waktu itu.
Secara umum arah perkembangan gerakan wanita sampai
tahun 1950 telah mencakup paling tidak hal-hal berikut:
1. Pertama,
sebagai kelanjutan dari kecenderungan pada masa sebelumnya, wawasan dan lingkup
perhatian organisasi wanita telah meluas tidak hanya pada masalah dan isue
wanita saja, te tapi juga ke bidang-bidang lain seperti politik dan
pemerintahan.
2. Kedua,
muncullah jenis organisasi wanita yang semakin beragam. Selain
organisasi-organisasi yang sudah ada sebelumnya seperti organisasi yang
berafiliasi pada partai politik dan organisasi yang berazaskan agama, muncul
pula organisasi khusus pada kelompok sosial tertentu seperti dikalangan istri
Angkatan Bersenjata, dan organisasi profesi. Selain itu, azas demokrasi yang
dipercaya sebagai dasar negara yang baru merdeka juga telah mendorong kaum
wanita untuk membentuk partai politik agar kepentinngan kaum wanita juga
terwakili dan tersalur.
3. Ketiga,
ruang gerak organisasi wanita juga semakin meluas, tidak hanya lokal dan
nasional tetapi juga internasional, dengan bergabungnya organisasi-organisasi
dalam Kowani dengan WIDF.
4. Keempat,
sebagai akibat orientasi gerakan yang diambil, kegiatan organisasi-organisasi
wanita juga beragam. Yang terakhir ini paling tidak dapat dipisahkan menjadi
dua kelompok besar, pertama organisasi-organisasi yang mendasarkan kegiatannya
pada kesejahteraan (welfare) yaitu masalah pendidikan, sosial ekonomi,
kewanitaan dan kegiatan karitatif; dan kedua organisasi yang berkonsentrasi
pada masalah-masalah politik.
Kelompok yang disebut pertama
jumlahnya lebih besar dari yang kedua, dan mencakup diantaranya
organisasi-organisasi yang tergabung dalam Kowani, organisasi-organisasi yang
berazaskan agama, organisasi khusus dan organisasi profesi. Sedangkan yang
termasuk kategori kedua yaitu berfokus pada kegiatan politik tidak lebih dari
tiga organisasi saja. Di sini terlihat bahwa ciri domestik dan karitatif memang
sejak awal telah melekat pada organisasi wanita dan tetap bertahan sebagai ciri
utama yang membedakannya dari organisasi massa umum yang didominasi laki-laki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar