Jumat, 19 Desember 2014

Filosofi Mengenai Ragi


Ketika mengaduk ragi dan memasukkannya kedalam adonan, adonan itu dipenuhi dengan udara, mengembang dan kemudian menjadi halus dan lunak. Setelah dibakar, ia menjadi lembut dan dapat dipecahkan apabila kita memakannya.

Ragi terlihat lemah, tanpa daya, kecil dibanding tiga sukat tepung. Tidak mungkin membuat roti atau kue ragi lebih banyak dari tepung.  Tetapi ragi ini menentukan keberhasilan pembuatan roti atau kue tersebut. Sekalipun kecil dan lemah, bukan berarti dia tidak punya jati diri . Sekalipun  dikatakan minoritas di negeri ini jangan sampai kita kehilangan jati diri sebagai anak Tuhan, orang yang kelihatan lemah belum tentu tidak ada kekuatan di dalamnya, tetapi justru karena itu kekuatan Tuhan menjadi nyata. Lemah bukan berarti tidak ada iman, kehidupan, tidak punya pengharapan dan cita-cita.

Ragi  tidak mengintimidasi roti.  Seringkali karena menganggap diri minoritas lalu menjadi terpengaruh oleh yang mayoritas lalu berkata: Apakah mungkin kita bisa membawa perubahan bagi negeri ini? Seringkali kita terpengaruh oleh kekuatan yang besar karena jumlah yang besar, tetapi kalau kita menyadari diri sebagai ragi maka apapun dan sebesar apapun kekuatan di sekeliling kita tidak akan terpengaruh.


sumber:
http://garam-terang-ragi.blogspot.com/2012/06/filosofi-garam-terang-ragi.html


1.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar